Masalah ini sebenarnya persoalan gaib. Namun, pada masa nabi, bulan pernah terbelah dan itu bulan sebagai tanda kiamat, tapi sebagai tanda kemukjizatannya sebagai rasul Allah.
Saat itu, orang kafir Quraisy menantang nabi untuk membelah bulan jika ia memang seorang utusan Allah.
Maka atas izin Allah, bulan itu akhirnya bisa terbelah. Meski begitu, diantara mereka ada yang beriman, ada pula yang tidak. Kini, proses terbelahnya bulan pada masa nabi itu menjadi perbincangan dan penelitian ilmuwan modern.
Apakah kejadian itu benar adanya atau sekedar rekayasa sejarah, yang sengaja diciptakan oleh nabi?
Dalam
buku berjudul Al-I’jaz Al-‘Ilmi fi As-sunnah An-nabawiyah jilid I, Prof
Dr Zaghlul An-Najjar menceritakan ihwal pengakuan seorang mualaf
bernama David M Pidcock. Pengakuan tersebut terjadi beberapa
tahun lalu dalam satu ceramah yang diisi oleh Dr Zaghlul di fakultas
kedokteran universitas Cardiff, Wales, Inggris barat.
Pidcock
mengatakan bahwa ayat pertama surah al-Qamar inlah yang memnyebabkan ia
masuk islam diakhir dekade 70-an. Ceritanya, saat itu ia sedang kajian
terhadap agama-agama dunia.
Salah satunya teman muslimnya menghadiahinya sebuah Al-Qur’an terjemahan. Saat pertama membaca, ia langsung terkejut dengan surah al-Qamar. Karena
tidak percaya bahwa bulan pernah terbelah dan kemudian menempel
kembali, ia langsung menutup Al-Qur’an tersebut dan meninggalkan begitu
saja. Beberapa hari kemudian, tanpa disengaja ia melihat sebuah acara di BBC tentang perjalanan luar angkasa.
Acara yang disiarkan pada tahun 1978 itu dipandu oleh penyiar inggris
terkenal bernama James Burke dengan menghadirkan tiga ilmuan antariksa
Amerika. Dalam wawancara tersebut, dibahas perjalanan ruang angkasa mereka yang menemukan satu fakta penting.
Fakta tersebut adalah sesungguhnya bulan dahulu pernah terbelah, dan kemudian melekat kembali.
Bekas-bekas yang membuktikan cerita ini masih terlihat di permukaan bulan dan membentang hingga kedalamnya. Begitu mendengar penuturan ini. Pidcock lalu tersentak kaget dan teringat akan surah al-Qamar yang ia pernah baca. Kemudian
ia pun masuk Islam. Dari kisah nyata ini nampak bahwa bulan memang
pernah terbelah pada masa nabi, lalu menempel lagi atas kekuasaan Allah.
Dan ilmuwan amerika baru mengakui setelah mereka sendiri melakukan penelitian ke bulan dan menemukan bukti itu.Tidak
cukup dengan bukti diatas, ada fakta lain yang mengaklamsi terbelahnya
bulan pada masa nabi, yaitu catatan sejarah India dan china kuno.
Sayyid
mahmud syukri al-Alusi dalam buku Ma Dalla ‘Alaihi al-Qur’an seraya
mengutip buku tarikh al-Yamini, menuliskan bahwa dalam sebuah
penaklukkan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud bin Sabaktakin al-Ghaznawi
terhadap sebuah kerajaan yang masih menganut paganisme(musyrik) di
India, ia menemukan lempengan batu didalam sebuah istana taklukkan
tersebut.
Pada lempengan tersebut terpahat tulisan, “Istana ini
dibangun pada malam terbelahnya bulan, dan peristiwa itu mengandung
pelajaran bagi orang yang mengambil pelajaran.” Itu kurang lebih
terjemahannya. Hal itu menunjukan bahwa bulan memang pernah terbelah menjadi dua dan itu terjadi pada masa nabi. Secara logika, ini sangat tidak mungkin dan untuk itulah orang-orang barat banyak yang menyangkalnya.
Namun, sekali lagi, tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Lewat sang nabi, kekuasaan Allah telah ditunjukkan pada orang-orang kafir masa itu bahwa bulan pun bisa terbelah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar